Pernah awan
pembawa hujan bertemu denganku dalam alunan rintik hujan. Satu, dua, tiga,
tetesan itu membasahi kacamataku. Aku usap dengan setangan. Aku lihat ke atas
tampak awan yang sedang murung padaku. Aku kedipkan mata ini. Aku tanya dia,
awan pembawa hujan. Lirih ia menjawab, dengan rintik yang berhenti sejenak di
atas dahiku untuk menjawab pertanyaanku itu. “Aku datang bukan untuk membasahi
bumi ini. Bumi sudah cukup dengan airmata hati yang pesakitan oleh cinta. Aku
datang untuk membasahi hati yang kekeringan itu.”
Rintik mulai membasahi dahiku
kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar