Suatu waktu pernah terjadi
sebuah keadaan yang mempertemukan antara seorang pengemis dengan seorang kuli
bangunan di sebuah warung kopi.
“Permisi, Pak, bisa saya
menukarkan uang?” pinta pengemis pada penjual kopi.
“Berapa pak semuanya?”
“Enam puluh lima ribu, Pak.”
Seorang kuli bangunan
mengkerutkan keningnya mendengarkan pembicaraan pengemis dan penjual, diingatnya
ini masih waktu ba’da dzuhur, setengah
harinya ia bekerja. Dia berpikir terus tentang pengemis tersebut, waktu dzuhur,
juga penghasilannya. Kemudian ia mengeleng-gelengkan kepala. Dibayarnya kopi,
rokok, dan gorengan yang dibelinya dari Pak Amir, penjual tersebut. Ia
tinggalkan warung dan kembali bekerja.