Sabtu, 16 November 2013

Tentang Sebuah Rintik yang Tak Urung Jatuh


Pernah awan pembawa hujan bertemu denganku dalam alunan rintik hujan. Satu, dua, tiga, tetesan itu membasahi kacamataku. Aku usap dengan setangan. Aku lihat ke atas tampak awan yang sedang murung padaku. Aku kedipkan mata ini. Aku tanya dia, awan pembawa hujan. Lirih ia menjawab, dengan rintik yang berhenti sejenak di atas dahiku untuk menjawab pertanyaanku itu. “Aku datang bukan untuk membasahi bumi ini. Bumi sudah cukup dengan airmata hati yang pesakitan oleh cinta. Aku datang untuk membasahi hati yang kekeringan itu.”
            Rintik mulai membasahi dahiku kembali.

Sabtu, 28 September 2013

[Cinta]


Cinta selalu memberikan keuniversalan. Atau bahkan cintalah yang universal, entahlah. Ketika cinta pergi, maka biarkata seseorang yang pernah kita cintai itu masih memiliki hubungan dengan kita, cinta itu tetap akan pergi. Seperti seorang ronggeng yang telah di tinggalkan inangnya. Pabila cinta datang dengan sendirinya ataupun dengan suatu media, bukan berarti cinta seperti angin. Cinta itu perkasa sejak dalam dirinya. Kahlil Gibran pernah berujar tatkala aku berjumpa dengannya di suatu sudut kampusku.
“Cinta tidak memberi apa-apa melainkan dirinya, dan tidak mengambil apa-apa melainkan daripada dirinya. Cinta tidak mengawal sesiapa, dan cinta tidak boleh dikawal sesiapa karena cinta lengkap dengan sendirinya.”

Selasa, 27 Agustus 2013

Huruf


G – Z – Q – P
Bagaimana aku harus mengejanya?
K – G – T – S – V – Y
Begitu susah aku membacanya!
D – R – N – B
Apa pula ini maksudnya?
Z – V – C – W
Apa ini sebuah teka-teki?
T – E – B – I - R
Inikah bagian dari kehidupan?

Rabu, 26 Juni 2013

Pengemis


Suatu waktu pernah terjadi sebuah keadaan yang mempertemukan antara seorang pengemis dengan seorang kuli bangunan di sebuah warung kopi.
“Permisi, Pak, bisa saya menukarkan uang?” pinta pengemis pada penjual kopi.
“Berapa pak semuanya?”
“Enam puluh lima ribu, Pak.”
Seorang kuli bangunan mengkerutkan keningnya mendengarkan pembicaraan pengemis dan penjual, diingatnya ini masih waktu ba’da dzuhur, setengah harinya ia bekerja. Dia berpikir terus tentang pengemis tersebut, waktu dzuhur, juga penghasilannya. Kemudian ia mengeleng-gelengkan kepala. Dibayarnya kopi, rokok, dan gorengan yang dibelinya dari Pak Amir, penjual tersebut. Ia tinggalkan warung dan kembali bekerja.

Senin, 24 Juni 2013

Ruang Hampa


Waktu ini menitih pada kesunyian pagi
Waktu ini menitih pada keheningan pagi
Waktu ini menitih pada kesunyian hati
Waktu ini menitih pada keheningan hati

Rabu, 15 Mei 2013

Di Jalan


Di jalan
Berteriak-teriak kebohongan
Mengusik kedamaian siang
Di jalan
Berjajar mobil
Berkampanye membuang bbm
Harga bbm mau dinaikkan
Kampanye membuat macet
Ini pemborosan bbm
Di jalan
Dua anak kecil
Membawa karung
Memulung
Ditengah penghamburan uang kampanye
Di jalan