Rabu, 26 Maret 2014

Dokumentasi Sinema Kalem #1
Pemutaran dan Diskusi Film “Jagal”, “Mass Grave”, dan “Klayaban”


Pengisian Daftar Hadir Peserta
Pemutaran Film Jagal/The Act of Killing
Pemutaran Film Mass Grave
Pemutaran Film Klayaban
Suasana Pemutaran Film
Suasana Tempat Diskusi Film Dari Luar
Suasana Diskusi Film
Suasana Diskusi Film
Suasana Diskusi Film

Sinema Kalem #1
Pemutaran dan Diskusi Film “Jagal”, “Mass Grave”, dan “Klayaban”

  
Suasana Pemutaran Film

Suasana Diskusi Film


...
Bapakku disembelih, dibunuh, aku pasti sakit hati. Normal sakit hati.
Lalu, aku kau larang sekolah, kau persulit aku kerja, kau persulit aku kawin.
Ini yang perlu koreksi.
Tapi permintaan maaf terhadap itu belum.
Sebetulnya apa sih susahnya minta maaf?
Pemerintah yang menyatakan maaf.
Bukan kita, kita ini apa. ....

Ungkapan tersebut dilontarkan oleh Adi Zulkadry salah satu pelaku pembantaian anggota-simpatisan PKI dan etnis Tionghoa tahun 1965-1966 di Medan dalam perbincangannya dengan Anwar Congo rekannya sesama pembantai disela-sela memancing dalam film dokumenter “Jagal/The Act of Killing” Karya Joshua Oppenheimer. Film ini bukanlah film yang utuh untuk menjadi bahan diskusi mengenai pelanggaran HAM terhadap anggota-simpatisan PKI dan etnis Tionghoa di Indonesia. Hal tersebut karena kecenderungan film “Jagal/The Act of Killing” yang timpang, dimana Pemuda Pancasila menjadi aktor dominan dalam pembantaian tersebut tanpa adanya edukasi bahwa Pemuda Pancasila bukanlah salah satunya yang menjadi aktor pembantaian tersebut, masih terdapat pula paramiliter Nahdhatul Ulama yang ikut menjadi aktor pembantaian, yakni Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Lewat film “Mass Grave” membawa kita dalam keadaan yang jauh dari peristiwa 1965, yakni pada era tahun 2000an, namun penolakan terhadap hal ikhwal yang berhubungan dengan PKI menjadi hal yang sangat tabu untuk diungkapkan. Upaya penguburan mayat secara layak bekas pembantaian PKI pun mendapat penolakan dari sebagian besar kalangan masyarakat setempat. Dalam “Klayaban” wacana rekonsiliasi dan pengakuan dosa dan permintaan maaf terhadap sejarah masa lalu tentang pelanggaran HAM berat di Indonesia kami sampaikan. Kemudian masuk dalam diskusi panjang mengenai tiga film tersebut yang menghasilkan pewacanaan-pewacanaan berikutnya dalam upaya penyelesian konflik bersejarah di Indonesia.

Peserta
Mahasiswa dan Umum

Tempat & Waktu
Tempat           : Kedai Kopi Tjangkir 13, Malang
Tangggal        : 11 Maret 2013
Jam                  :19.00 – 00.30 WIB

Acara
Pemutaran “Jagal”
Pemutaran “Mass Grave”
Pemutaran “Klayaban”
Diskusi dengan moderator

Moderator
Aji Prasetyo – Komikus dan Penulis buku “Hidup Itu Indah”.